Pernah mengunjungi blog populer The Sartorialist milik Scott Schuman? Inilah salah satu contoh street fashion photography.
Menurut Silvia Amanda A., M.Sn, salah satu pengajar fotografi di Universitas Trisakti, street fashion photography merupakan bagian dari aksi memotret bercerita tentang budaya jalanan (street culture).
Sebenarnya, inilah salah satu aliran fotografi yang paling mudah. "Gak perlu teknologi canggih, cukup pakai smartphone saja," tukas Silvia saat berbagi pengetahuan di Main Stage ajang fotografi akbar Focus yang digelar di Jakarta Convention Center.
Meski dalam hal teknis, aliran ini dibilang mudah, namun sayangnya, Indonesia memiliki sejumlah kendala bagi mereka yang ingin menggeluti street fashion photography.
Perbedaan budaya dengan negara luar yang fashionnya lebih maju dan bebas, serta iklim yang berbeda menjadi beberapa kendala yang dimaksud.
"Kalau di sini, kita lihat yang ada orang turun dari Kopaja, gak ada yang turun dari Limo," canda Silvia.
"Dan di sana sudah biasa pake coat dan boat saat winter, kan aneh kalau dipakai di sini," tambahnya.
Namun halangan itu bukan berarti pecinta foto di Indonesia tidak bisa menerapkan street fashion photography di Indonesia. Nah, inilah tantangannya. "Menemukan sesuatu yang luar biasa dari hal yang biasa," ujar Silvia memberi kiatnya.
Dan yang pasti aliran ini membutuhkan komitmen yang tinggi serta taste yang bagus. "Siapapun bisa melakukannya. Kalau taste fashionnya baik, blognya pasti sering dikunjungi," tambah lulusan S2 Institut Seni Indonesia (ISI) ini.
Ia juga menegaskan bahwa untuk menjadi fotografer street fashion, tidak melulu harus memiliki latar belakang fashion. Untuk itulah taste di sini berperan besar.
Silvia memang mengakui bahwa kondisi di Indonesia tidak bisa disamakan dengan situasi fashion di luar negeri seperti Inggris, Prancis, dan lain-lain. Namua ia melihat Indonesia memiliki potensi ke arah sana.
0 komentar :
Posting Komentar